Gejolak Karawang Mereda: Manajer HRD PT SCC Klarifikasi Kontroversi, Berjanji Tanpa Diskriminasi

 


Karawang, Suara Hukum.Live – Sebuah badai  di media sosial Karawang terkait dugaan pernyataan merendahkan dari Manajer HRD PT SCC, Oktaf Andriansa, akhirnya menemukan titik terang. Kamis (24/07/2025) sore, dalam suasana penuh harap di Lapak Kopi Nagasari, Oktaf menggelar konferensi pers mendadak, berupaya memadamkan api kesalahpahaman yang telanjur menyebar luas.



Dengan gestur yang menunjukkan penyesalan, Oktaf Andriansa memulai klarifikasinya. Ia tak segan meminta maaf atas kegaduhan yang timbul. “Saya tegaskan sekali lagi bahwa saya tidak pernah sekalipun menyampaikan pernyataan yang bersifat mendiskreditkan warga Karawang,” ujarnya, menepis tudingan yang muncul dari potongan video yang beredar. Ia menekankan bahwa klip viral itu adalah cuplikan yang diambil di luar konteks penuh.

Oktaf kemudian membeberkan kronologi di balik proses rekrutmen PT SCC yang menjadi biang kerok kontroversi. Menurutnya, kebutuhan mendesak akan karyawan pada Mei lalu, yang jumlahnya melebihi biasa, dipicu oleh permasalahan internal perusahaan. Ironisnya, di saat yang sama, program Job Fair Disnaker membuat lokasi rekrutmen rutin mereka tak bisa digunakan selama sebulan penuh.


“Otomatis ini mengharuskan saya sebagai HRD manajer sedikit inovatif bagaimana saya mendapatkan tenaga kerja,” jelas Oktaf. Strategi awal mereka adalah menyambangi SMK 1 Karawang. Namun, meskipun beberapa lulusan berhasil direkrut, jumlahnya belum memadai. Pencarian berlanjut ke SMK Cikini di dalam KIIC, namun lagi-lagi nihil; 160 lulusan sudah terserap industri lain.


Dalam situasi serba terjepit, PT SCC akhirnya berkoordinasi dengan pihak lingkungan, termasuk Karang Taruna dan aparat desa setempat, untuk mencari calon pekerja. Oktaf mengakui, dari proses inilah hanya dua orang yang lulus—sebuah hasil yang, ia akui, "kurang diperhatikan" dalam cuplikan video yang kemudian viral.

Karena kebutuhan tenaga kerja masih belum terpenuhi, PT SCC terpaksa memperluas jangkauan rekrutmen hingga ke Bandung. Namun, Oktaf buru-buru menegaskan, rekrutmen di Bandung itu pun hanya menyasar SMK yang memang memiliki ikatan kuat dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan dikenal menghasilkan lulusan berkualitas.


“Kami di PT SCC tidak pernah melakukan diskriminasi antara warga Karawang dan bukan warga Karawang,” tegas Oktaf, menekankan komitmen perusahaan. Sebagai bukti nyata, ia menunjuk dua karyawati yang duduk tak jauh darinya: seorang lulusan SMA 1 Karawang, dan seorang asli Karawang yang kini menjabat sebagai asisten manajer penjualan. “Jadi tidak pernah ada diskriminasi,” imbuhnya, menampik segala keraguan.


Oktaf juga menegaskan bahwa dalam keseharian pekerjaannya, ia tidak pernah mempraktikkan diskriminasi. Proses rekrutmen PT SCC selalu melibatkan perwakilan daerah terdekat seperti Pak Hairani dari Kepala Dusun Wadas dan Kang Puput dari Karang Taruna, yang selama ini menjadi jembatan informasi lowongan kerja bagi pemuda setempat.


Di penghujung konferensi pers, Oktaf menyampaikan harapannya agar klarifikasi ini dapat mendinginkan suasana yang sempat memanas di Karawang. “Sehingga perusahaan kami pun dapat menjalankan kegiatan produksinya dengan baik tanpa menimbulkan ketidaknyamanan bagi para karyawan kami,” ujarnya, menyadari dampak viralnya ucapannya.

(Red)